Mengenal Judi Online Sabung Ayam

Sabung Ayam adalah permainan mengadu dua ekor ayam dalam sebuah kalangan atau arena. Biasanya ayam akan diadu hingga salah satu darinya kabur atau kalah, bahkan hingga mati. Permainan ini biasanya diikuti oleh perjudian yang berlangsung tak jauh dari arena adu ayam.

Dilihat dari jejak historis cerita rakyat Cindelaras dan Ciung Wanara, sama-sama bertujuan untuk menginginkan sesuatu melalui sabung ayam. Belum lagi jika disambungkan peristiwa politik di masa Raja Singasari, Ken Arok (abad 13). Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Simbolisme Ayam Jago Dalam Pembangunan Kultural Masyarakat Kabupaten Cianjur”, di Jawa, adu ayam dipraktikkan sejak abad 11. Seperti yang terdapat dalam cerita rakyat Ciung Wanara dari Kerajaan Galuh dan Cindelaras dari Kerjaaan Jenggala. Tak hanya bagi masyarakat Jawa, sabung ayam juga sangat erat kaitannya dengan masyarakat Bali. Bahkan, permainan sabung ayam di Bali sudah dilakukan sejak abad 10. Hal itu tercatat dalam Prasasti Batur Abang.

Dikutip dari penelitian “Tabuh Rah dalam Prasasti Batur Pura Abang”, teks dalam prasasti tersebut. tertulis Samangkana I tka ning pasangayan, prangudwan, pnah lmbu, mwang yan prakayyarkaryya, masanga kunang, wgila ya manawunga makantang tlung parahatan, I thaninya tan pamwita, tam papawwata, ring… “Demikianlah tiba saatnya melaksanakan, pengaduan, pnah lmbu (?), dan kalua mengadakan upacara, bulan ke Sembilan (Tawur Kesanga) misalnya, sedikit ia melaksakan tiga tahap (seet), belum boleh meninggalkan, tidak membawa kepada… Maksud dari isi prasasti tersebut adalah dengan demikian, waktunya melakukan pengaduan sudah tiba. Diadakan saat upacara tawur kesanga (bulan kesembilan). Di Bali lebih disebut dengan istilah “Tabuh Rah”.

Sejarah Judi Online Sabung Ayam

Permainan menyabung ayam disebut juga sebagai berlaga ayam. Permainan ini telah ada dan dimainkan sejak masa kerajaan di nusantara, di masa Kerajaan Kadiri Chou Ju-Kua, seorang pegawai resmi Dinasti Song menuliskan dalam bukunya Chu-fan-chi, menggambarkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara ada dua kerajaan yang kuat dan kaya: Sriwijaya dan Jawa (Kadiri). Di Jawa ia menemukan bahwa orang-orang menganut dua agama: Buddha dan agama Brahmana (Hindu). Orang Jawa adalah pemberani dan pemarah, waktu luangnya dipergunakan untuk mengadu binatang, hiburan kesenangannya adalah sabung ayam dan adu babi. Mata uangnya dibuat dari campuran tembaga, perak, dan timah.

Pada masa Singhasari Panji Tohjaya putra Ken Arok dari selir bernama Ken Umang. Suatu hari ia mengajak saudara tirinya yang juga merupakan raja Singhasari Anusapati keluar untuk mengadu ayam. Anusapati menurut tanpa curiga karena hal itu memang menjadi kegemarannya. Saat Anusapati asyik menyaksikan ayam bertarung, tiba-tiba Tohjaya menusuknya dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Anusapati pun tewas seketika. Sepeninggal Anusapati, Tohjaya ganti naik takhta Kerajaan Singhasari, pada saat masa Kesultanan Demak. Di salah satu cerita rakyat, seorang pangeran bermain sabung ayam dan akhirnya bertemu dengan ayahnya yang telah membuang ibunya.

Terdapat juga kisah Sawunggaling di Jawa Timur. Saat beranjak dewasa, Jaka Berek bertanya kepada sang ibu mengenai sosok ayahnya. Dewi Sangkrah pun menceritakan bahwa ayah Jaka Berek ialah seorang adipati di Surabaya. Akhirnya, Jaka Berek pergi ke Surabaya membawa ayam kesayangannya. Ia bertekad menemui ayahnya. Sesampainya di sana, Jaka Berek bertemu dengan dua kakak tirinya, Sawungrana dan Sawungsari. Keduanya tidak percaya jika Jaka Berek adalah anak Jayengrono. Mereka bertiga kemudian melakukan adu ayam dan Jaka Berek lah yang jadi pemenangnya. Setelah adu ayam itu, Adipati Jayengrono menemui Jaka Berek. Ia yakin bahwa Jaka Berek adalah anaknya. Jaka Berek lah yang kemudian berhak meneruskan takhta sang ayah. Ia diberi gelar Raden Mas Ngabehi Sawunggaling Kulmosostronagoro.

Dari zaman dulu hingga saat ini, tradisi sabung ayam baik di Jawa maupun di Bali, keduanya sama-sama dikaitkan dengan perjudian dan taruhan. Meminjam narasi Anthony Reid dalam karyanya Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680 Volume One: The Lands Below the Winds, adu ayam menggambarkan simbol kekuasaan dari wajah kerajaan.

Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul The History of Java, ayam memang sering diidentikkan sebagai hewan aduan. Di kalangan masyarakat Indonesia, sabung ayam sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan sejak zaman dulu. Bahkan, sejak dulu sudah dijadikan ajang perlombaan bagi masyarakat Jawa.

Sama seperti yang tertulis di Prasasti Batur Abang, para raja sangat senang dengan sabung ayam. Namun, jika perhelatan tersebut dilakukan lebih dari tiga ronde, maka peserta wajib membayar untuk keuangan kerajaan.

Namun, lain hal jika dilihat dari perspektif masyarakat Suku Talang Mamak, di Desa Talang, Kecamatan Rakit Kulim, Indragiri Hulu, Riau. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dulu. Bahkan dipercaya sebagai permainan yang diperintahkan oleh Tuhan. Sebab itu, sabung ayam Suku Talang Mamak lazim dilakukan di acara pernikahan dan kelahiran sebagai bentuk suka cinta. Selain itu, juga dilakukan saat ada upacara kematian sebagai bentuk penghibur untuk menghilangkan sedihnya keluarga yang ditinggalkan.

Sama halnya yang terjadi pada masyarakat Tana Toraja. Mereka melaksakan tradisi sabung ayam saat upacara pemakaman. Mereka menyebutnya dengan istilah bulangan londong atau massaung manuk. Mentari Parayukan dalam jurnal penelitiannya menyebutkan, sabung ayam bertujuan sebagai hiburan.

Seiring berjalannya waktu, saat ini perhelatan sabung ayam menjadi sebuah tradisi tampaknya abu-abu di kalangan masyarakat. Sabung ayam lebih cenderung dengan acara perjudian dan pemuas hobi belaka. Di mana masing-masing peserta dan penonton saling memberikan uang dan suara bagi pemenang. Biasanya, pertaruhan di sabung ayam dibatasi oleh waktu. Misalnya, dalam kurun waktu 10 menit selesai, ayam yang paling kuat menjadi pemenang.

 

Artikel kami lainnya

TRIK GAMPANG MENANG SLOT ONLINE TERPERCAYA

 

Leave a Comment